2018 dan Segala Air Matanya

"Sudah ada banyak orang yang membuktikan bahwa impian bisa menjadi nyata, dan aku ingin menjadi salah satunya." Aku mengingat kalimat ini. Ini adalah kalimat yang aku tulis sebagai permulaan di postingan tentang pergi ke Jepang untuk pertama kali.

Sudah lewat hampir 2 tahun sejak aku merasakan betapa luar biasanya perasaan ketika impian terwujud, dan sampai sekarang pun kalimat tersebut tetap tertanam rapi di keyakinan dalam hati ini.

* * *

Wow halo, blog! Akhirnya bisa balik lagi nulis lagi di sini setelah..., setengah tahun lebih? Sepertinya karena aku lebih sering menulis caption di Instagram jadi kalau untuk menulis blog yang membutuhkan lebih banyak kalimat jadinya sering tertunda. Tapi di sinilah aku, kembali menulis di blog yang udah setengah tahun lebih dibiarkan kering :")

Setengah tahun lebih ini..., banyak banget yang terjadi. Banyak, seriusan. Kalau diingat ingat, Juni waktu aku terakhir kali nulis di sini itu waktu rame-ramenya sidang kedua (dari empat sidang). Dan emang setelah itu sangat sibuk sama persiapan sidang-sidang selanjutnya. Sibuk fisik, maupun  sibuk hati.

Sibuk hati..., tentu saja. Berkali-kali dibuat ragu dengan kemampuan diri sendiri. Berkali-kali dibuat cuma bisa diem gegulingan di lantai kosan sampai tanpa terasa air mata keluar dengan sendirinya. Berkali-kali dibuat takut untuk melangkah ke check point selanjutnya. Tapi, meski sebenernya ini hal yang paling nekat aku lakukan seumur hidup, dengan kabur bentar ke Jepang di tengah pengerjaan tugas akhir di bulan Mei setidaknya aku mendapatkan kembali motivasiku. Mendapatkan kembali alasan kenapa aku harus, wajib wisuda di tahun 2018 waktu itu.

Oke, baiklah. Seperti judul postingan kali ini: 2018 dan segala air matanya.

Iya, 2018 adalah tahun "terbanjir"ku.
Tahun paling banyak air mata.
Mulai dari air mata frustasi sampai air mata bahagia.

* * *

2018 selalu menjadi tahun yang aku masukkan ke daftar alokasi waktu untuk mewujudkan impian sejak tahun 2015. Salah satu kalimat impian yang diikuti "2018" adalah..., wisuda. Sejak ceroboh dengan berpikir "ah kayaknya aku bakal 5 tahun kuliahnya" yang ternyata kejadian beneran dengan insiden nggak lulus mata kuliah utama, aku udah ngitung ngitung kalau masuk kuliah 2013 berarti bakal wisuda 2018. Karena itulah kalimat "wisuda tahun 2018" lahir.

Impian lainnya yang diikuti "2018" adalah..., pergi ke Jepang dan nonton konser NEWS sama temen-temen fans di Surabaya. Berbeda dengan impian wisuda, impian kali ini baru lahir Mei 2017 meski tentu saja aku diam-diam sudah sering membayangkan bagaimana-jika-bisa-nonton sejak pertama menjadi fans mereka. Waktu itu aku dan teman teman fans berdomisili Surabaya iseng diskusi soal rencana nonton konser NEWS di tahun 2018 karena di tahun itu mereka akan merayakan anniversary ke-15. Tapi ternyata diskusi iseng itu berlanjut ke diskusi panas sampai akhirnya kami berenam memutuskan untuk serius mengejar NEWS di tahun 2018.

Berdasarkan kedua impian inilah akhirnya aku membuat vision board 2018 yang aku pajang sebagai wallpaper laptop. Mulai memasukkan "Goals 2018" di setiap sosmed, setiap buku planner, setiap doa. Mungkin beberapa orang mengatakan bahwa sebaiknya impian itu disimpan untuk diri sendiri dan jangan diumbar. Tapi menurutku, impian itu perlu di-share. Agar secara tidak langsung sampai ke alam bawah sadar setiap orang yang melihat, membaca, mendengarnya bahwa aku memang sedang bergerak menuju impian tersebut. Inilah cara aku menghargai impianku, dengan membiarkan orang lain ikut berperan dalam "mempercayai" impian itu, seperti yang aku lakukan untuk impianku di tahun 2017.

Meski tentu saja, rasanya takut luar biasa. Mulai dari takut tidak sesuai harapan sampai takut jika dianggap omong besar.

Tapi aku percaya, kalau nggak merasa takut, berarti impian itu belum cukup besar.

Maka setelah membuat vision board itu, tantanganku adalah menaklukkan kedua impian berbadan raksasa itu.

Vision board 2018

Aku pernah membaca bahwa agar impian bisa lebih mudah terwujud adalah dengan cara membayangkannya. Membayangkan ketika impian itu sudah terwujud, bagaimana suasananya, bagaimana aromanya, bagaimana suara suara yang ada di sekitarnya, dan sebagainya. Maka inilah yang kulakukan untuk kedua impian 2018-ku. Entah sudah berapa kali aku menonton video konser NEWS untuk mendapat bayangan suasana yang akan kulihat di bulan Mei nantinya. Dan entah sudah berapa kali aku terlihat melamun setiap datang ke wisuda teman seangkatanku untuk mendapat bayangan suasana yang akan kulihat di bulan September nantinya.

Mungkin terkesan aneh bagi orang lain.

Tapi pada akhirnya, hal yang kubayangkan itu benar benar terwujud.

Di bulan Mei aku benar-benar mendapatkan bayangan yang selama nonton video konser NEWS aku bayangkan. Suasananya, aromanya, suara suaranya. Di bulan September pun aku benar-benar mendapatkan bayangan yang selama dateng ke acara wisuda teman seangkatan aku bayangkan. Suasananya, aromanya, suara suaranya.

Dan seperti judul postingan kali ini, air mata tumpah di kedua momen ini.

Masih sangat mengingat minggu minggu sebelum keberangkatan ke Osaka, bagaimana aku selalu menangis setiap menonton video konser tersebut, bagaimana aku melihat ke jumlah tabungan yang tidak juga sesuai ekspetasi, bagaimana Tugas Akhir yang benar-benar menyita waktu dan pikiranku. Pun masih sangat mengingat bulan bulan sebelum wisuda, bagaimana aku selalu diam saja berbaring di lantai kosan dengan air mata yang tidak berhenti, bagaimana aku selalu ingin kabur aja setiap mau bertemu dengan narasumber, bagaimana progres yang tidak juga mencapai ekspetasi.

Dan tentu saja, seperti yang orang-orang katakan, roda berputar. Air mata ketakutan yang tumpah di minggu minggu sebelum keberangkatan ke Osaka akhirnya berbalik menjadi air mata kelegaan ketika aku bisa berdiri tepat di depan keempat penyanyi favoritku. Pun air mata frustasi yang tumpah di bulan bulan sebelum wisuda akhirnya berbalik menjadi air mata bahagia ketika aku bisa memakai toga dan gordonku sendiri.

* * *

2018 adalah sebuah check point bagiku. Segala impian yang terwujud adalah bagian dari impian lain yang lebih besar lagi. Masih banyak check point-check point lain yang akan kutempuh di tahun ini, tahun depan, dan seterusnya. Semoga di setiap check point itu aku bisa semakin mendekati sosok diriku yang selalu aku bayangkan akan menjadi nantinya di masa depan.

Terima kasih 2018 dan segala jenis air matanya.

Mohon bantuannya 2019!

* * *

GOALS 2019

1. New checkpoint in February [Status: COMPLETED]
Salah satu agenda besar di tahun 2019 adalah ikut seleksi beasiswa Monbukagakusho untuk Research Student yang pendaftarannya mulai April-Mei. Karena itu, checkpoint di sini adalah titik aku mulai lebih mengembangkan diri demi mempersiapkan rangkaian tes yang pengumuman akhirnya di bulan Desember. Pertengahan Januari kemarin udah diumumin tes kemampuan bahasa Jepang (JLPT) yang diadakan bulan Desember 2018 kemarin, dan aku lulus di level N4. Februari ini rencana yang udah jelas bakal ikut TOEFL ITP, karena waktu pendaftaran beasiswa nanti perlu menyertakan sertifikat kemampuan bahasa. Selain itu aku berencana untuk lebih banyak eksplorasi diri termasuk buat bidang yang aku tuju di S-2 buat memperdalam rencana penelitian.
Update! Checkpoint di Februari ini adalah di Indonesia Mengajar. Aku magang di sini selama 3 bulan di bagian tim strategis. Ceritanya bakal di-update nanti yaah~

2. Go to Japan in October [Status: _ ]
Pergi ke Jepang selalu masuk ke daftar goals setiap tahunnya. Karena 2017 ke Tokyo dan 2018 ke Osaka, ditambah keduanya di musim semi semua jadi untuk tahun ini aku berencana untuk pergi ke Jepang di musim gugur atau sekitar Oktober. Semoga NEWS ada acara juga di musim gugur jadi aku bisa ketemu mereka lagi.

3. Get scholarship in December [Status: _ ]
Bulan Desember adalah pengumuman final beasiswa Monbukagakusho. Semoga aku bisa mendapatkannya! Oh iya FYI, bidang yang aku minati untuk S-2 di Jepang tetep desain, tapi kali ini lebih spesifik ke universal design dimana aku bisa membuat desain produk yang bisa digunakan untuk semua kalangan termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. Semoga dilancarkan!

Do the best and let God do the rest.
Bismillah!

Komentar