Tadi pagi entah kenapa keinget sama salah konsep tentang "learn, unlearn, relearn". Kayaknya karena waktu itu sempet ada salah satu role-model panutanku yang punya podcast ngomongin ini, meski aku belom sempet dengerin sih. Dari sini, aku jadi bertanya-tanya, proses learn-unlearn-relearn yang aku rasain itu dimana ya?
Di tengah mikir-mikir itu, mendadak salah satu memori dateng: proses relearn-ku tentang makna "teman seperjuangan".
Sedikit trivia (ahaha), cerita yang aku publish sebelum ini sebenernya adalah ceritaku sendiri, tentang dialog yang terjadi antara aku dan aku sendiri. Seperti adegan yang ada di cerita itu, si tokoh yang merasa punya teman seperjuangan karena punya impian yang sama akhirnya sadar kalau tidak semua yang dia anggap teman seperjuangan itu akan ikut bahagia dengan pencapaiannya.
Mungkin ini yah yang menjadi proses learn, unlearn, relearn-ku. Bahwa selama ini, aku merasa bahwa ketika kita punya temen seperjuangan, kita tidak akan merasa berjuang sendirian. Kita akan merasa bahwa akan ada yang menarik lengan kita untuk berdiri lagi ketika jatuh, akan ada teman ngobrol selama perjalanan menuju impian tersebut, pun teman yang saling bersorak ketika salah satu berhasil melangkah lebih dekat dengan titik yang sama-sama dituju. Itu adalah konsep teman seperjuangan yang selama ini aku pahami. Tapi ternyata, yang terjadi tidak seperti itu. Bahwa sosok yang kuanggap teman seperjuangan itu tidak sesuai dengan konsep yang ada dalam bayanganku.
Awalnya, aku merasa sedih karena kehilangan (yang kuanggap) support system. Tapi sepertinya, sedihku ini lebih ke karena konsep yang aku yakini itu ternyata salah? Ada bagian dalam diriku yang nggak terima kalau ternyata konsep itu salah, sehingga rasanya selalu sakit tiap inget kejadian itu. Tapi pada akhirnya, aku sadar kalau memang nggak papa kalau konsep ini ternyata salah, nggak papa kalau emang "teman seperjuangan" itu tidak berarti seperti yang aku yakini selama ini.
Hingga akhirnya aku relearn bahwa emang nggak semua orang bisa diajak sama-sama berbahagia atas pencapaian kita, termasuk sosok yang kita anggap sebagai teman seperjuangan kita. Hingga akhirnya aku belajar lagi tentang menaruh ekspektasi, bahwa tidak seharusnya aku memberikan ekspektasi ke orang lain sesuai apa yang aku yakini. Yang aku yakini, teman seperjuangan seharusnya akan saling support baik ketika jatuh atau bangun, ketika perjalanan masih jauh atau dekat. Tapi tidak semua orang mau diajak seperti itu, dan aku harus menerima itu.
Relearning things sepertinya menjadi sesuatu yang aku lakukan selama 2 tahun ini. Karena kondisi sekarang, banyak banget konsep-konsep yang aku yakini sebelumnya ternyata udah nggak relevan lagi, termasuk konsep tentang teman seperjuangan ini. Jadi sepertinya, aku pengen berbagi lagi hal-hal yang aku unlearn dan relearn lewat blog ini, sekalian coba menghidupkan lagi blog ini.
Baiklah, aku akan mencoba mengingat-ingat lagi apa konsep yang aku relearn.
Komentar