Dear Tokyo

Sudah hampir 8 bulan semenjak aku menginjakkan pertama kali di negara impianku, Jepang. Setiap kali aku menutup mataku dan mengulang kembali semua kenangan di sana, rasanya semacam..., ah aku pernah ada di sana. Aku pernah berjalan beriringan dengan impian yang sudah lahir sejak 10 tahun yang lalu. Aku pernah memeluknya, dan melepaskannya sejenak untuk kembali ke jalanku sendiri sehingga ketika kita bertemu lagi kita akan sama-sama lebih baik daripada sebelumnya.

Hei, Tokyo, aku merindukanmu.


Tokyo...

Kalau mengingat lagi, sebenarnya Tokyo sempat aku coret dari daftar tempat yang aku ingin kunjungi di Jepang. Karena saat itu aku pikir bahwa kalau mau ke Tokyo budget-nya harus besar. Udah pesimis sendiri, padahal sebenarnya aku suka Tokyo karena memang dari dulu aku mengaguminya.

Masih inget banget waktu aku disuruh menggambar impian-impianku, aku menggambar Tokyo Tower sebagai isyarat bahwa Jepang adalah impianku karena yang paling bisa dikenali tentang Jepang adalah dengan gambar Tokyo Tower. Waktu itu aku sempat ditanya soal gambar itu, dan aku menjawab bahwa impianku adalah ke Jepang tapi nggak mau ke Tokyo. Selain itu, di dinding kosan pun yang kutempel adalah gambar Tokyo Tower dengan alasan yang sama.

Tapi ternyata alam bawah sadar memang tidak bisa membohongi, ya?

Karena ternyata jauh dalam hatiku aku masih mengagumi Tokyo. Aku masih pengen ngerasain rasanya jalan di persimpangan Shibuya. Aku masih pengen ketemu sama Tokyo Tower.

Dan sepertinya alam bawah sadar itu lah yang mempertemukanku dengan Tokyo pada akhirnya.


Dear Tokyo,

Aku merindukanmu.

Komentar