"Kita pernah ada di sini," kata Novi sambil menunjuk nama jalan di dekat penginapan kami.
Aku memotret tiang yang bertuliskan Kasuga dori itu sambil tersenyum.
Ya, di salah satu momen dalam hidup ini, kami pernah meninggalkan jejak di sini.
Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan udara dingin ini, karena ternyata alergi dinginku nggak kambuh. Cuma waktu di kamar aja aku bersin bersin tapi kalau udah pagi bersinnya berhenti. Agak heran sih soalnya biasanya bakal kambuh, apalagi di Odaiba semalem yang dingin bangettt.
Kayak pagi hari terakhir ini. Aku sengaja keluar lebih awal dari jam kumpul buat main main ke tangga penginapan. Ada 10 lantai dan aku ada di lantai 4. Karena kepo sama pemandangan dari lantai 10 akhirnya aku naik tangga yang ada di luar bangunan ini sampai lantai 10. Dingin, anginnya juga kenceng. Tapi ya, nggak kenapa napa, nggak bersin bersin. Sampai akhirnya sampai di lantai 10 dan pemandangan yang tersuguhkan benar benar membuatku terkagum kagum.
Aku selalu suka sama pemandangan kota. Mungkin beberapa orang lebih menyukai pemandangan desa atau gunung atau yang alam lainnya. Tapi entah kenapa pemandangan kota selalu yang pertama kali membuatku tertarik daripada pemandangan yang lebih alam. Itulah kenapa aku suka banget sama hamparan gedung gedung, rumah, dan jalanan yang tersuguhkan di depanku ini. Lengkap dengan Tokyo Sky Tree di pagi hari yang menjadi pemanis. Beberapa foto aku ambil sebelum akhirnya turun ke lobi untuk bertemu dengan teman teman.
Agenda pertama kami hari ini adalah ke Tokyo Institute of Technology, atau biasa disebut Tokodai atau Titech. Di sana nanti kami akan ditemani sama beberapa mahasiswa Jepang buat explore dan pengenalan kampus. Dan benar, ketika kami ada di sana tiga mahasiswa dari Tokodai menyapa kami. Mao san, Kazuto san, dan Inoue san. Bahkan Inoue san memakai baju batik yang sempat dibelinya waktu mengunjungi temannya di Jakarta. Kami dibawa ke perpustakaan Tokodai yang lebih akrab disebut cheesecake karena bentuknya yang seperti sepotong cheesecake.
Dan ini perpustakaan terkeren yang pernah aku datangi!
Desain mejanya favorit banget, minimalis, less but better, lengkap dengan lampu yang membetuk huruf T di setiap meja. Dinding ruang diskusi pun menjadi dinding yang bisa digunakan untuk papan tulis. Meja diskusi juga bisa dibuat individu bisa dibuat kelompok. Di salah satu sisi dilengkapi dengan rak buku otomatis yang akan bergerak dengan bantuan tombol. Penerangan yang ada di lorong perpustakaan pun akan otomatis menyala setiap ada orang yang masuk. Sayang sekali nggak sempet foto, meski di brosur ada. Setelah keluar dari perpus kami sempat berfoto dengan petugas perpustakaan yang juga ikut menemani tur perpus barusan.
Kegiatan selanjutnya pun nggak kalah asyik karena kami diajak ke super computer buatan Tokodai kemudian presentasi Tokodai dari Mao san.
Di sinilah sedikit ada momen ketika kami berempat cuma bisa saling pandang.
Karena ternyata kami juga diminta buat presentasi masing masing kampus! Tanpa persiapan tentunya karena kami pikir awalnya hanya mendengarkan presentasi dari Tokodai aja. Tapi baiklah, sedikit banyak bisa narsis soal kampus sendiri haha. Bahkan Rezhi yang awalnya menyiapkan jas almameternya untuk dibuat berfoto di depan Tokodai pun akhirnya mulai memakainya.
Presentasi dimulai dari Dayu dan Novi yang memperkenalkan Universitas Warmadewa mereka. Sambil mengamati mereka sambil menyusun apa yang harus aku omongin soal kampusku nanti. Hingga akhirnya mereka selesai dan giliranku untuk maju. Baiklah, kupresentasikan soal ITS terutama jurusanku, Desain Produk Industri. Kazuto san sempat bertanya apakah aku menjual desain-desainku selama ini hihi. Setelah selesai akhirnya Rezhi maju dengan jas almamater Universitas Mulawarman-nya. Sedikit kejutan karena ternyata Mas Gilang juga ikut presentasi soal almamaternya, Universitas Gajah Mada.
Kegiatan ini menjadi agenda terakhir bagi kami di Tokodai ini. Setelah berpamitan dengan Mao san, Kazuto san, dan Inoue san, akhirnya kami beranjak ke subway lagi untuk destinasi selanjutnya.
Harajuku!
"Setelah ini waktunya bebas. Kita kumpul di gerbang Takeshita street jam 4 ya."
Akhirnya, waktu pribadi! Setelah 2 setengah hari ini kami bareng bareng terus, di Harajuku ini menjadi waktu bebas buat kami. Aku sudah mempersiapkan mau kemana di Harajuku dan Shibuya (ya, setelah itu kami akan ke sana), salah satunya adalah tempat wajib fans Johnny's kalau ke Jepang: Johnny's Shop!
Karena aku nggak ada internet jadi udah nyimpen rute ke Johnny's Shop. Setelah membeli beberapa oleh oleh di Daiso, aku mengikuti rute dari maps. Agak kesasar, meski kesasarnya membawa berkah karena bisa ketemu tempat syuting Koyama dan Tegoshi buat program Life of NEWS dulu, hingga akhirnya sampailah di Johnny's Shop. Untuk rute yang lebih lengkap, ada banyak kok artikel yang mengulas soal cara ke Johnny's Shop. Beberapa mengatakan bahwa kita perlu ambil nomor antrian dulu sebelum masuk, tapi karena waktu itu lagi sepi jadinya aku langsung masuk aja.
(Ngomong-ngomong bagi yang asing sama Johnny's, Johnny's adalah agensi idol group cowok terbesar dan tertua di Jepang. NEWS, Arashi, Hey Say JUMP, dan lain lain adalah idol grup di bawah Johnny's. Johnny's Shop sendiri adalah toko official yang menjual foto foto mereka. Kalau merchandise kayak penlight/lightstick atau kaos atau semacamnya, sayang sekali tidak ada karena hanya dijual di konser--dan toko barang second.)
Selesai dari Johnny's Shop dan jalan jalan bentar, akhirnya aku kembali ke gerbang masuk Takeshita Street dan menunggu teman teman lain untuk berkumpul kembali. Jam 4 lebih akhirnya kami sudah lengkap dan melanjutkan ke destinasi selanjutnya. Ya, Shibuya dengan patung Hachiko dan persimpangannya yang terkenal itu.
Sebentar lagi, salah satu impian akan kembali tercentang: menyebrang di persimpangan Shibuya.
Lampu merah untuk pejalan kaki masih menyala, lengkap dengan kendaraan yang berlalu lalang di jalanannya. Aku memandang jauh ke sekelompok orang di seberang sana. Sekelompok orang terbanyak yang pernah aku lihat yang ingin menyebrang jalan.
Ngomongin soal tempat penyebrangan, salah satu tempat penyebrangan favoritku di Surabaya adalah penyebrangan dari parkiran motor Galaxy Mall ke mall-nya. Karena setiap aku menyebrang, pikiranku langsung terbang ke Shibuya, membayangkan kalau saat itu aku ada di persimpangan Shibuya dan menyebrang bersama ratusan orang. Meski saat itu belum pernah merasakannya, setidaknya video video yang pernah aku tonton tentang Shibuya bisa sedikit membantu proses imajinasiku.
Dan ternyata, imajinasiku selama ini masih kurang jika dibandingkan dengan merasakannya langsung. Tepat ketika lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, ratusan orang dari segala penjuru mulai berjalan menyebrang. Sungguh berbeda waktu menyebrang ke Galaxy Mall, yang memang jauh dari segi panjang lintasan dan jumlah orang. Pengalaman menyebrang ini jadi hal yang asyik banget, dengan menjadi satu di antara ratusan orang yang menyebrang sore itu.
Seperti di Harajuku, di Shibuya ini adalah waktu bebas untuk kami. Akan tetapi, ketiga temanku lebih memilih untuk ikut Mas Gilang buat ke pusat game. Aku yang memisahkan diri dari rombongan ini sempat mampir ke toko buku, sebelum akhirnya kembali ke tempat kami berpisah dan tidak mengenal siapapun di sana.
Aku benar benar terpisah!
Sebenarnya keinginanku juga sih yang memisahkan diri dari rombongan. Aku pikir nanti kami pasti ketemu. Tapi mengingat karena aku sama sekali nggak ada internet, rasa was was mulai datang.
Ah, tak ada salahnya untuk jalan jalan sendirian sambil mencari mereka, kan? Sambil menghibur diri sendiri, aku berjalan memasuki kompleks gedung gedung perbelanjaan. Semakin ke dalam semakin tidak kukenali daerahnya. Aku sempat menuju ke arah pusat game, berharap bertemu mereka, tapi ternyata malah semakin nggak kenal daerahnya.
Aku tersesat!
Tidak pernah muncul di bayanganku soal tersesat di negeri orang. Aku sampai berpikir kalau emang sampe malem nggak ketemu mereka aku akan pulang sendiri.
Tapi kemudian satu pemandangan menahan langkahku.
Sebuah toko merchandise yang menjual barang barang secondhand kini ada di hadapanku. Berbeda dengan toko lain, toko ini ada di bawah tanah. Sambil memandangi tangga yang semakin menuju ke bawah lengkap dengan lampu yang tidak terlalu terang, aku maju mundur mau masuk. Hingga akhirnya rasa penasaranku menang dan aku memutuskan untuk masuk saja.
Wow! Itulah kesan pertamaku setelah sampai di dasar. Ada banyak banget merchandise yang dijual, dari mulai action figure anime sampai merchandise idol. Tentu saja aku langsung menuju bagian merchandise Johnny's dan menemukan berbagai harta karun di sana. Termasuk penlight konser 10th Anniversary NEWS yang udah lama aku inginkan.
Target locked!
Setelah fangilring tipis tipis dengan beberapa barang akhirnya aku menuju kasir untuk membayarnya. Gawat, pikirku, kalau aku di sana terus jadi tambah banyak yang aku pengen haha. Akhirnya aku menuju ke lift dan naik ke lantai atas tempat pintu masuknya...
...yang ternyata berbeda dari tempat masukku tadi.
Wah fix ini, fix tersesat. Tapi aku bersyukur bisa tersesat, karena aku bisa menemukan barang yang aku cari ini. Toh aku masih bisa pulang sendiri kalau emang nggak ketemu mereka. Tinggal ke stasiun lagi terus...
...hei, bukankah di minimarket ada WiFi ya?
Setelah menyadari hal itu, langsung deh aku bergegas ke Family Mart terdekat. WiFi pun terhubung dan aku langsung menghubungi Mas Gilang. Tersambung! Ternyata mereka ada di tempat yang nggak jauh dari tempatku. Segera aku berjalan ke arah yang udah dikasih tau Mas Gilang hingga akhirnya kembali bertemu dengan mereka. Reuni(?) sejenak, sebelum akhirnya kami berjalan kembali ke stasiun untuk pulang.
Perjalanan pulang kali ini kembali menjadi perjalanan yang sendu buatku. Semakin lama subway ini berjalan, maka semakin dekat tempat penginapan kami. Dan semakin dekat dengan tempat penginapan, maka semakin dekat pula waktuku untuk mengucapkan selamat tinggal untuk Tokyo.
Malam itu kami melewati jalan yang biasa kami lewati selama 3 hari ini. Pemandangan yang sama, tapi dengan perasaan yang berbeda. Jika di awal adalah perasaan bahagia, maka kali ini adalah perasaan sendu.
"Kita pernah ada di sini," kata Novi sambil menunjuk nama jalan di dekat penginapan kami.
Aku memotret tiang yang bertuliskan Kasuga dori itu sambil tersenyum.
Ya, di salah satu momen dalam hidup ini, kami pernah meninggalkan jejak di sini.
Di salah satu momen dalam hidup ini, aku pernah menginjakkan kaki di jalanan ini bersama teman teman baruku. Pemikiran ini semakin membuatku tidak ingin hari cepat berakhir. Tidak ingin cepat meninggalkan negara ini, tidak ingin cepat pulang.
Di tengah pemikiran sendu ini, satu kalimat menyadarkanku.
"Habis ini kita keluar lagi yuk."
Ide bagus.
Jika ada yang pernah mengatakan bahwa Tokyo di malam hari tetap ramai, itulah yang kami rasakan sekarang. Sudah seberapa jauh kami berempat berjalan meninggalkan penginapan (meninggalkan Mas Gilang juga haha) dan pemandangan yang kami liat masih saja ramai. Bedanya, kali ini ada pembenahan di beberapa sisi jalan. Kalau nggak salah di Jepang memang gitu ya, pembenahan dilakukan di malam hari sehingga tidak mengganggu aktivitas jalanan di siang hari.
Berempat kami berjalan semakin menjauh dari penginapan sambil saling bercerita dan bercanda. Banyak yang kami temukan selain kegiatan pembenahan, salah satunya adalah sisi Tokyo Sky Tree yang lebih jelas dan indah, dan Taman Sumida. Di taman ini kami dikejutkan dengan seseorang yang tidur di dalam kardus, sebuah pemandangan yang sama sekali tidak pernah kami lihat dari hari pertama. Ternyata di dalam Tokyo yang semegah ini memang masih ada sisi yang seperti ini...
"Sudah jam berapa ini?"
Seakan dikembalikan ke kenyataan, kami mengecek jam. 12 malam, dan suasana Tokyo masih terang meski jalanan sepi. Teringat pesawatku yang berangkat jam 9 pagi, itu artinya aku harus bangun jam 5 untuk naik subway lagi ke Narita. Dengan alasan itu, akhirnya kami bergegas kembali ke penginapan.
Tokodai, Harajuku, Shibuya, terima kasih atas hari terakhir ini.
Jalanan Tokyo pagi ini terasa sendu. Mendung menyelimuti langitnya, lengkap dengan gerimis tipis. Bahkan ujung Tokyo Sky Tree tidak terlihat karena tertutup awan.
Pagi ini aku berjalan cepat ke arah stasiun. Di depanku Mas Gilang sedang menggeret koperku. Sejenak kulirik jam tanganku yang menunjukkan hampir jam setengah tujuh.
Aku terlambat bangun. Teringat malam setelah jalan-jalan sama teman-teman aku langsung menggunakan waktuku untuk packing. Aku juga sempat menonton TV, sebelum akhirnya terlelap. Padahal ya udah masang alarm, tapi ternyata alarm yang paling ampuh buat badan yang capek mungkin memang dengan dibangunin teman. Karena aku langsung bangun begitu Novi tiba-tiba mengguncang badanku. Belakangan kuketahui kalau ternyata teman teman meminjam kunci cadangan untuk membuka kamarku karena aku tidak kunjung ke lobby jam 5 tadi. Sedikit was was karena perjalanan membutuhkan waktu sekitar satu jam. Tapi untunglah kereta selanjutnya dijadwalkan sampai di Narita sekitar setengah jam sebelum pesawatku berangkat. Itu artinya masih ada cukup waktu buat naruh bagasi dan menyelesaikan proses lainnya.
Waktu menunjukkan pukul tujuh kurang ketika kereta yang langsung menuju bandara Narita datang. Setelah berterima kasih dan pamit sama Mas Gilang, aku masuk ke kereta yang belum terlalu padat ini.
Hitungan mundur menuju kata selamat tinggal dimulai dari sini.
Aku memandangi setiap pemandangan yang terlewat di balik jendela. Langit mendung, sawah, hamparan lapangan. Semuanya seakan bergerak meninggalkanku. Ditambah dengan efek habis hujan yang sendu, semakin mempersedih ucapan selamat tinggal kali ini.
Sekitar satu jam kereta ini melaju, sebelum akhirnya terdengar pengumuman bahwa kereta akan segera berhenti di Terminal 2-3 bandara Narita. Sedikit berat aku pun beranjak dari tempat dudukku kemudian berlari-lari kecil ke tempat keberangkatan internasional. Syukurlah masih sempat. Proses imigrasi pun berjalan tanpa hambatan sama sekali, hingga akhirnya sampailah di ruang tunggu pesawat.
Ada hal yang menarik di sini. Tadi waktu proses menaruh bagasi, tanpa sadar ternyata kertas print-print-an kode booking-ku tertinggal di meja petugasnya. Aku baru sadar ketika mbak petugas yang sama tiba tiba mendatangiku di ruang tunggu untuk menyerahkan kertasku tersebut. Astaga, mbaknya jauh jauh dari mejanya ke ruang tunggu hanya untuk menyerahkan selembar kertasku ini. Salut banget. Terima kasih banyak, Mbak. Semoga harinya selalu menyenangkan...
Tidak butuh waktu lama sebelum akhirnya ada panggilan untuk segera memasukki pesawat. Tidak butuh waktu lama pula sebelum akhirnya aku ada di lorong yang mengarah ke pesawatku. Di luar aku melihat langit Tokyo masih saja sendu, seakan-akan sefrekuensi dengan yang kurasakan dalam hatiku. Tapi semuanya tidak bisa dikembalikan, karena pesawatku tetap harus berangkat pagi ini. Semuanya tidak bisa dikembalikan, karena aku tetap saja harus meninggalkan Jepang pagi ini.
Kulihat pemandangan langit Tokyo sekali lagi sebelum masuk ke pesawat.
Dan kutitipkan ucapan selamat tinggal untuk Jepang pada langit sendu itu.
Terima kasih, Tokyo. Terima kasih, Jepang.
Sejak sepuluh tahun yang lalu sampai sekarang dan mungkin seterusnya, aku akan terus belajar darimu.
Sampai jumpa lagi!
[EPILOG]
Aku rasa ini adalah starting point-ku.
Jepang adalah negara impianku sejak dulu. Meraih Jepang selalu menjadi impian terbesarku. Dan sekarang, ketika akhirnya aku menginjakkan kaki di sini, aku pikir ini adalah starting point buatku. Usaha selama ini sesungguhnya adalah berupa latihan demi "diperbolehkan" untuk ikut "lomba lari". Usaha selama ini, jatuh bangun selama ini sesungguhnya adalah syarat bagiku untuk pantas berada di lintasan lari ini. Dan setelah akhirnya tercapai, saat itulah kegiatan berlariku dimulai.
Ada banyak impianku yang menyertakan Jepang di dalamnya, termasuk bisa melanjutkan S-2 di sana. Perjalanan masihlah panjang, garis finish pun masihlah jauh. Dengan "diizinkannya" aku berada di starting point ini, maka perjalanan yang sesungguhnya dimulai dari sini.
Dimulai dari sini, aku akan kembali berlari menuju garis finish-ku.
Aku memotret tiang yang bertuliskan Kasuga dori itu sambil tersenyum.
Ya, di salah satu momen dalam hidup ini, kami pernah meninggalkan jejak di sini.
***
Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan udara dingin ini, karena ternyata alergi dinginku nggak kambuh. Cuma waktu di kamar aja aku bersin bersin tapi kalau udah pagi bersinnya berhenti. Agak heran sih soalnya biasanya bakal kambuh, apalagi di Odaiba semalem yang dingin bangettt.
Kayak pagi hari terakhir ini. Aku sengaja keluar lebih awal dari jam kumpul buat main main ke tangga penginapan. Ada 10 lantai dan aku ada di lantai 4. Karena kepo sama pemandangan dari lantai 10 akhirnya aku naik tangga yang ada di luar bangunan ini sampai lantai 10. Dingin, anginnya juga kenceng. Tapi ya, nggak kenapa napa, nggak bersin bersin. Sampai akhirnya sampai di lantai 10 dan pemandangan yang tersuguhkan benar benar membuatku terkagum kagum.
Aku selalu suka sama pemandangan kota. Mungkin beberapa orang lebih menyukai pemandangan desa atau gunung atau yang alam lainnya. Tapi entah kenapa pemandangan kota selalu yang pertama kali membuatku tertarik daripada pemandangan yang lebih alam. Itulah kenapa aku suka banget sama hamparan gedung gedung, rumah, dan jalanan yang tersuguhkan di depanku ini. Lengkap dengan Tokyo Sky Tree di pagi hari yang menjadi pemanis. Beberapa foto aku ambil sebelum akhirnya turun ke lobi untuk bertemu dengan teman teman.
Agenda pertama kami hari ini adalah ke Tokyo Institute of Technology, atau biasa disebut Tokodai atau Titech. Di sana nanti kami akan ditemani sama beberapa mahasiswa Jepang buat explore dan pengenalan kampus. Dan benar, ketika kami ada di sana tiga mahasiswa dari Tokodai menyapa kami. Mao san, Kazuto san, dan Inoue san. Bahkan Inoue san memakai baju batik yang sempat dibelinya waktu mengunjungi temannya di Jakarta. Kami dibawa ke perpustakaan Tokodai yang lebih akrab disebut cheesecake karena bentuknya yang seperti sepotong cheesecake.
Dan ini perpustakaan terkeren yang pernah aku datangi!
Desain mejanya favorit banget, minimalis, less but better, lengkap dengan lampu yang membetuk huruf T di setiap meja. Dinding ruang diskusi pun menjadi dinding yang bisa digunakan untuk papan tulis. Meja diskusi juga bisa dibuat individu bisa dibuat kelompok. Di salah satu sisi dilengkapi dengan rak buku otomatis yang akan bergerak dengan bantuan tombol. Penerangan yang ada di lorong perpustakaan pun akan otomatis menyala setiap ada orang yang masuk. Sayang sekali nggak sempet foto, meski di brosur ada. Setelah keluar dari perpus kami sempat berfoto dengan petugas perpustakaan yang juga ikut menemani tur perpus barusan.
Kegiatan selanjutnya pun nggak kalah asyik karena kami diajak ke super computer buatan Tokodai kemudian presentasi Tokodai dari Mao san.
Di sinilah sedikit ada momen ketika kami berempat cuma bisa saling pandang.
Karena ternyata kami juga diminta buat presentasi masing masing kampus! Tanpa persiapan tentunya karena kami pikir awalnya hanya mendengarkan presentasi dari Tokodai aja. Tapi baiklah, sedikit banyak bisa narsis soal kampus sendiri haha. Bahkan Rezhi yang awalnya menyiapkan jas almameternya untuk dibuat berfoto di depan Tokodai pun akhirnya mulai memakainya.
Presentasi dimulai dari Dayu dan Novi yang memperkenalkan Universitas Warmadewa mereka. Sambil mengamati mereka sambil menyusun apa yang harus aku omongin soal kampusku nanti. Hingga akhirnya mereka selesai dan giliranku untuk maju. Baiklah, kupresentasikan soal ITS terutama jurusanku, Desain Produk Industri. Kazuto san sempat bertanya apakah aku menjual desain-desainku selama ini hihi. Setelah selesai akhirnya Rezhi maju dengan jas almamater Universitas Mulawarman-nya. Sedikit kejutan karena ternyata Mas Gilang juga ikut presentasi soal almamaternya, Universitas Gajah Mada.
Kegiatan ini menjadi agenda terakhir bagi kami di Tokodai ini. Setelah berpamitan dengan Mao san, Kazuto san, dan Inoue san, akhirnya kami beranjak ke subway lagi untuk destinasi selanjutnya.
Harajuku!
***
"Setelah ini waktunya bebas. Kita kumpul di gerbang Takeshita street jam 4 ya."
Akhirnya, waktu pribadi! Setelah 2 setengah hari ini kami bareng bareng terus, di Harajuku ini menjadi waktu bebas buat kami. Aku sudah mempersiapkan mau kemana di Harajuku dan Shibuya (ya, setelah itu kami akan ke sana), salah satunya adalah tempat wajib fans Johnny's kalau ke Jepang: Johnny's Shop!
Karena aku nggak ada internet jadi udah nyimpen rute ke Johnny's Shop. Setelah membeli beberapa oleh oleh di Daiso, aku mengikuti rute dari maps. Agak kesasar, meski kesasarnya membawa berkah karena bisa ketemu tempat syuting Koyama dan Tegoshi buat program Life of NEWS dulu, hingga akhirnya sampailah di Johnny's Shop. Untuk rute yang lebih lengkap, ada banyak kok artikel yang mengulas soal cara ke Johnny's Shop. Beberapa mengatakan bahwa kita perlu ambil nomor antrian dulu sebelum masuk, tapi karena waktu itu lagi sepi jadinya aku langsung masuk aja.
(Ngomong-ngomong bagi yang asing sama Johnny's, Johnny's adalah agensi idol group cowok terbesar dan tertua di Jepang. NEWS, Arashi, Hey Say JUMP, dan lain lain adalah idol grup di bawah Johnny's. Johnny's Shop sendiri adalah toko official yang menjual foto foto mereka. Kalau merchandise kayak penlight/lightstick atau kaos atau semacamnya, sayang sekali tidak ada karena hanya dijual di konser--dan toko barang second.)
Selesai dari Johnny's Shop dan jalan jalan bentar, akhirnya aku kembali ke gerbang masuk Takeshita Street dan menunggu teman teman lain untuk berkumpul kembali. Jam 4 lebih akhirnya kami sudah lengkap dan melanjutkan ke destinasi selanjutnya. Ya, Shibuya dengan patung Hachiko dan persimpangannya yang terkenal itu.
Sebentar lagi, salah satu impian akan kembali tercentang: menyebrang di persimpangan Shibuya.
***
Lampu merah untuk pejalan kaki masih menyala, lengkap dengan kendaraan yang berlalu lalang di jalanannya. Aku memandang jauh ke sekelompok orang di seberang sana. Sekelompok orang terbanyak yang pernah aku lihat yang ingin menyebrang jalan.
Ngomongin soal tempat penyebrangan, salah satu tempat penyebrangan favoritku di Surabaya adalah penyebrangan dari parkiran motor Galaxy Mall ke mall-nya. Karena setiap aku menyebrang, pikiranku langsung terbang ke Shibuya, membayangkan kalau saat itu aku ada di persimpangan Shibuya dan menyebrang bersama ratusan orang. Meski saat itu belum pernah merasakannya, setidaknya video video yang pernah aku tonton tentang Shibuya bisa sedikit membantu proses imajinasiku.
Dan ternyata, imajinasiku selama ini masih kurang jika dibandingkan dengan merasakannya langsung. Tepat ketika lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, ratusan orang dari segala penjuru mulai berjalan menyebrang. Sungguh berbeda waktu menyebrang ke Galaxy Mall, yang memang jauh dari segi panjang lintasan dan jumlah orang. Pengalaman menyebrang ini jadi hal yang asyik banget, dengan menjadi satu di antara ratusan orang yang menyebrang sore itu.
Seperti di Harajuku, di Shibuya ini adalah waktu bebas untuk kami. Akan tetapi, ketiga temanku lebih memilih untuk ikut Mas Gilang buat ke pusat game. Aku yang memisahkan diri dari rombongan ini sempat mampir ke toko buku, sebelum akhirnya kembali ke tempat kami berpisah dan tidak mengenal siapapun di sana.
Aku benar benar terpisah!
Sebenarnya keinginanku juga sih yang memisahkan diri dari rombongan. Aku pikir nanti kami pasti ketemu. Tapi mengingat karena aku sama sekali nggak ada internet, rasa was was mulai datang.
Ah, tak ada salahnya untuk jalan jalan sendirian sambil mencari mereka, kan? Sambil menghibur diri sendiri, aku berjalan memasuki kompleks gedung gedung perbelanjaan. Semakin ke dalam semakin tidak kukenali daerahnya. Aku sempat menuju ke arah pusat game, berharap bertemu mereka, tapi ternyata malah semakin nggak kenal daerahnya.
Aku tersesat!
Tidak pernah muncul di bayanganku soal tersesat di negeri orang. Aku sampai berpikir kalau emang sampe malem nggak ketemu mereka aku akan pulang sendiri.
Tapi kemudian satu pemandangan menahan langkahku.
Sebuah toko merchandise yang menjual barang barang secondhand kini ada di hadapanku. Berbeda dengan toko lain, toko ini ada di bawah tanah. Sambil memandangi tangga yang semakin menuju ke bawah lengkap dengan lampu yang tidak terlalu terang, aku maju mundur mau masuk. Hingga akhirnya rasa penasaranku menang dan aku memutuskan untuk masuk saja.
Wow! Itulah kesan pertamaku setelah sampai di dasar. Ada banyak banget merchandise yang dijual, dari mulai action figure anime sampai merchandise idol. Tentu saja aku langsung menuju bagian merchandise Johnny's dan menemukan berbagai harta karun di sana. Termasuk penlight konser 10th Anniversary NEWS yang udah lama aku inginkan.
Target locked!
Setelah fangilring tipis tipis dengan beberapa barang akhirnya aku menuju kasir untuk membayarnya. Gawat, pikirku, kalau aku di sana terus jadi tambah banyak yang aku pengen haha. Akhirnya aku menuju ke lift dan naik ke lantai atas tempat pintu masuknya...
...yang ternyata berbeda dari tempat masukku tadi.
Wah fix ini, fix tersesat. Tapi aku bersyukur bisa tersesat, karena aku bisa menemukan barang yang aku cari ini. Toh aku masih bisa pulang sendiri kalau emang nggak ketemu mereka. Tinggal ke stasiun lagi terus...
...hei, bukankah di minimarket ada WiFi ya?
Setelah menyadari hal itu, langsung deh aku bergegas ke Family Mart terdekat. WiFi pun terhubung dan aku langsung menghubungi Mas Gilang. Tersambung! Ternyata mereka ada di tempat yang nggak jauh dari tempatku. Segera aku berjalan ke arah yang udah dikasih tau Mas Gilang hingga akhirnya kembali bertemu dengan mereka. Reuni(?) sejenak, sebelum akhirnya kami berjalan kembali ke stasiun untuk pulang.
Perjalanan pulang kali ini kembali menjadi perjalanan yang sendu buatku. Semakin lama subway ini berjalan, maka semakin dekat tempat penginapan kami. Dan semakin dekat dengan tempat penginapan, maka semakin dekat pula waktuku untuk mengucapkan selamat tinggal untuk Tokyo.
Malam itu kami melewati jalan yang biasa kami lewati selama 3 hari ini. Pemandangan yang sama, tapi dengan perasaan yang berbeda. Jika di awal adalah perasaan bahagia, maka kali ini adalah perasaan sendu.
"Kita pernah ada di sini," kata Novi sambil menunjuk nama jalan di dekat penginapan kami.
Aku memotret tiang yang bertuliskan Kasuga dori itu sambil tersenyum.
Ya, di salah satu momen dalam hidup ini, kami pernah meninggalkan jejak di sini.
Di salah satu momen dalam hidup ini, aku pernah menginjakkan kaki di jalanan ini bersama teman teman baruku. Pemikiran ini semakin membuatku tidak ingin hari cepat berakhir. Tidak ingin cepat meninggalkan negara ini, tidak ingin cepat pulang.
Di tengah pemikiran sendu ini, satu kalimat menyadarkanku.
"Habis ini kita keluar lagi yuk."
Ide bagus.
***
Jika ada yang pernah mengatakan bahwa Tokyo di malam hari tetap ramai, itulah yang kami rasakan sekarang. Sudah seberapa jauh kami berempat berjalan meninggalkan penginapan (meninggalkan Mas Gilang juga haha) dan pemandangan yang kami liat masih saja ramai. Bedanya, kali ini ada pembenahan di beberapa sisi jalan. Kalau nggak salah di Jepang memang gitu ya, pembenahan dilakukan di malam hari sehingga tidak mengganggu aktivitas jalanan di siang hari.
Berempat kami berjalan semakin menjauh dari penginapan sambil saling bercerita dan bercanda. Banyak yang kami temukan selain kegiatan pembenahan, salah satunya adalah sisi Tokyo Sky Tree yang lebih jelas dan indah, dan Taman Sumida. Di taman ini kami dikejutkan dengan seseorang yang tidur di dalam kardus, sebuah pemandangan yang sama sekali tidak pernah kami lihat dari hari pertama. Ternyata di dalam Tokyo yang semegah ini memang masih ada sisi yang seperti ini...
"Sudah jam berapa ini?"
Seakan dikembalikan ke kenyataan, kami mengecek jam. 12 malam, dan suasana Tokyo masih terang meski jalanan sepi. Teringat pesawatku yang berangkat jam 9 pagi, itu artinya aku harus bangun jam 5 untuk naik subway lagi ke Narita. Dengan alasan itu, akhirnya kami bergegas kembali ke penginapan.
Tokodai, Harajuku, Shibuya, terima kasih atas hari terakhir ini.
***
Jalanan Tokyo pagi ini terasa sendu. Mendung menyelimuti langitnya, lengkap dengan gerimis tipis. Bahkan ujung Tokyo Sky Tree tidak terlihat karena tertutup awan.
Pagi ini aku berjalan cepat ke arah stasiun. Di depanku Mas Gilang sedang menggeret koperku. Sejenak kulirik jam tanganku yang menunjukkan hampir jam setengah tujuh.
Aku terlambat bangun. Teringat malam setelah jalan-jalan sama teman-teman aku langsung menggunakan waktuku untuk packing. Aku juga sempat menonton TV, sebelum akhirnya terlelap. Padahal ya udah masang alarm, tapi ternyata alarm yang paling ampuh buat badan yang capek mungkin memang dengan dibangunin teman. Karena aku langsung bangun begitu Novi tiba-tiba mengguncang badanku. Belakangan kuketahui kalau ternyata teman teman meminjam kunci cadangan untuk membuka kamarku karena aku tidak kunjung ke lobby jam 5 tadi. Sedikit was was karena perjalanan membutuhkan waktu sekitar satu jam. Tapi untunglah kereta selanjutnya dijadwalkan sampai di Narita sekitar setengah jam sebelum pesawatku berangkat. Itu artinya masih ada cukup waktu buat naruh bagasi dan menyelesaikan proses lainnya.
Waktu menunjukkan pukul tujuh kurang ketika kereta yang langsung menuju bandara Narita datang. Setelah berterima kasih dan pamit sama Mas Gilang, aku masuk ke kereta yang belum terlalu padat ini.
Hitungan mundur menuju kata selamat tinggal dimulai dari sini.
Aku memandangi setiap pemandangan yang terlewat di balik jendela. Langit mendung, sawah, hamparan lapangan. Semuanya seakan bergerak meninggalkanku. Ditambah dengan efek habis hujan yang sendu, semakin mempersedih ucapan selamat tinggal kali ini.
Sekitar satu jam kereta ini melaju, sebelum akhirnya terdengar pengumuman bahwa kereta akan segera berhenti di Terminal 2-3 bandara Narita. Sedikit berat aku pun beranjak dari tempat dudukku kemudian berlari-lari kecil ke tempat keberangkatan internasional. Syukurlah masih sempat. Proses imigrasi pun berjalan tanpa hambatan sama sekali, hingga akhirnya sampailah di ruang tunggu pesawat.
Ada hal yang menarik di sini. Tadi waktu proses menaruh bagasi, tanpa sadar ternyata kertas print-print-an kode booking-ku tertinggal di meja petugasnya. Aku baru sadar ketika mbak petugas yang sama tiba tiba mendatangiku di ruang tunggu untuk menyerahkan kertasku tersebut. Astaga, mbaknya jauh jauh dari mejanya ke ruang tunggu hanya untuk menyerahkan selembar kertasku ini. Salut banget. Terima kasih banyak, Mbak. Semoga harinya selalu menyenangkan...
Tidak butuh waktu lama sebelum akhirnya ada panggilan untuk segera memasukki pesawat. Tidak butuh waktu lama pula sebelum akhirnya aku ada di lorong yang mengarah ke pesawatku. Di luar aku melihat langit Tokyo masih saja sendu, seakan-akan sefrekuensi dengan yang kurasakan dalam hatiku. Tapi semuanya tidak bisa dikembalikan, karena pesawatku tetap harus berangkat pagi ini. Semuanya tidak bisa dikembalikan, karena aku tetap saja harus meninggalkan Jepang pagi ini.
Kulihat pemandangan langit Tokyo sekali lagi sebelum masuk ke pesawat.
Dan kutitipkan ucapan selamat tinggal untuk Jepang pada langit sendu itu.
Terima kasih, Tokyo. Terima kasih, Jepang.
Sejak sepuluh tahun yang lalu sampai sekarang dan mungkin seterusnya, aku akan terus belajar darimu.
Sampai jumpa lagi!
***
[EPILOG]
Aku rasa ini adalah starting point-ku.
Jepang adalah negara impianku sejak dulu. Meraih Jepang selalu menjadi impian terbesarku. Dan sekarang, ketika akhirnya aku menginjakkan kaki di sini, aku pikir ini adalah starting point buatku. Usaha selama ini sesungguhnya adalah berupa latihan demi "diperbolehkan" untuk ikut "lomba lari". Usaha selama ini, jatuh bangun selama ini sesungguhnya adalah syarat bagiku untuk pantas berada di lintasan lari ini. Dan setelah akhirnya tercapai, saat itulah kegiatan berlariku dimulai.
Ada banyak impianku yang menyertakan Jepang di dalamnya, termasuk bisa melanjutkan S-2 di sana. Perjalanan masihlah panjang, garis finish pun masihlah jauh. Dengan "diizinkannya" aku berada di starting point ini, maka perjalanan yang sesungguhnya dimulai dari sini.
Dimulai dari sini, aku akan kembali berlari menuju garis finish-ku.
Foto dari Mas Gilang
Untuk Elly di masa lalu.
Terima kasih sudah membawaku, dirimu di masa depan ini, untuk menginjakkan kaki di sini. Untuk segala air mata yang keluar, untuk segala tulisan tulisan yang kau tempel di dinding kosan. Terima kasih sudah percaya.
Sekarang, giliranku untuk berlari melanjutkan usahamu. Untuk mulai berlari dari garis start ini, dan menuju ke diri di masa depan yang sedang menunggu di garis finish...
_______
_______
Oh iya, ngomong-ngomong bagi yang belum tahu. Program yang aku ikuti adalah program International Certificate atau ICEF Japan dari Gotravindo. Boleh bisa langsung ke website-nya untuk informasi yang lebih banyak, karena ada program yang selain ke Jepang juga.
Komentar
bisa terpancar kebahagiaanmu dan semangat di setiap kalimatnya.
(lebay deuh.. :v)
semangat meraih impian.. dan jangan lupa bersyukur pada Allah ..
hehehehe