Cerpen lagi..
Elly Fitriana proudly present..
"Kakakku Cowokku"
Di suatu taman tiba - tiba aku didatengin ma cowok pujaanku, Zaki. Dia datang di hadapanku kemudian memegang tanganku. Dia mulai berbisik sesuatu kepadaku.
"Aku sayang kamu, Rel.."
Waa!! Zaki berkata seperti itu kepadaku! Kemudian Zaki langsung mendekatkan wajahnya ke wajahku. Semakin dekat, dekat, dekat..
KRIIING!!! GEDUBRAK!
"Aw!" seruku.
Aku membuka mata dan melihat sekelilingku. Lho, kok kamarku sih? Mana taman tadi? Mana Zaki? Oh, ya ampun.. ternyata aku hanya mimpi. Jam weker Doraemon hadiah dari kakakku dan jatuhnya aku dari tempat tidurku itu membuatku bangun dari mimpi menyenangkan itu. Astaghfirullah..
"Aurel, sarapan!" panggil sebuah suara yang berasal dari luar kamarku. Suara itu adalah milik kakakku yang menyuruhku segera serapan.
"Iya kak!"
Setelah menunaikan sholat Subuh aku langsung keluar kamar.
Di luar sudah menunggu seorang cowok cakep, dia adalah kakakku. Namanya Reza. Ia adalah seorang mahasiswa jurusan psikologi. Bagiku Kak Reza adalah kakak terbaik di dunia. Udah cakep, tinggi, baik, pinter lagi! Dan Kak Reza sering banget aku jadiin tempat curhat. Aku sayang banget ama Kak Reza.
"Dek, sarapan dulu gih. Ntar telat loh ke sekolahnya." Kata Kak Reza.
"Oke kak!" sahutku.
Setelah sarapan aku mandi dan bersiap - siap untuk berangkat sekolah. Setelah pamit dengan kakakku, aku langsung berjalan keluar rumah.
"Hati - hati ya, Dek!" pesan Kak Reza.
Di jalan, aku memikirkan mimpiku tadi. Ah.. benar - benar mimpi yang indah. Coba aku bisa mengulang mimpi itu lagi..
Namaku Aurel. Umurku 16th dan 1 bulan lagi sweet seventeen. Aku sekolah di SMA7 kelas XI A IPA. Aku anak yang cukup pintar di sekolah. Pernah menyabet gelar sebagai juara 2 terpintar dari semua SMA di kotaku loh! Kata teman - temenku sih aku anaknya tuh asyik tapi aneh. Aku hanya tinggal berdua dengan kakakku. Karena sejak 15 tahun yang lalu orangtua kami sudah bekerja di luar negeri.
"Pagi semua!!!" sapaku kepada kedua sahabat baikku, Bunga dan Rara, di kelas. Mereka langsung kaget karena suaraku yang memang agak cempreng ini.
"Pagi, Aurel. Pagi - pagi jangan ngagetin orang dong! Kalo jantung kami copot, kamu mau tanggung jawab?" kata Rara.
"Iya! Iya!" kata Bunga sambil mengangguk.
"Ah kalian.. Kalu jantung copot ya disambung lagi dong! Pake selotip kek, lem kek.."
"Aurel! Mulai deh!" sahut mereka berdua bersamaan.
"Ehehehe.. Bercanda.." kataku sambil nyengir.
"Eh, eh, Rel. Zaki tuh!" kata Bunga sambil menunjuk ke luar kelas.
Aku langsung menghadapkan mukaku ke pintu kelasku. Tampak sang pangeran hatiku sedang masuk ke kelasku. Ada apa ya? Kan dia anak kelas XI D IPS, kenapa bisa nyasar ke sini? Apa ia mau menemui aku ya? Zaki berjalan ke arah bangkuku sambil tersenyum, akupun juga tersenyum kepadanya. Saat aku hendak menyapanya tiba - tiba..
"Hai, Chaca! Ke kantin yuk!" sapa Zaki kepada cewek cantik yang duduk di belakangku.
Yah.. ternyata dia mencari Chaca. Huh, wajar kalo Zaki yang cakep dan juga sebagai kapten basket di sekolahku itu deket sama Chaca yang seorang model dan cewek terpopuler bin tercantik di sekolahku itu. Mana mungkin Zaki suka ama cewek aneh dan kutu buku kayak aku gini?
"Kok bengong Rel?"
Kata - kata Rara itu langsung menyadarkanku dari kebengongan yang berlangsung selama kurang lebih 10 detik itu.
Aku memandangi kepergian Zaki bersama Chaca yang sambil bergandengan tangan itu.
"Andai mimpiku tadi jadi kenyataan.." sahutku tanpa sengaja.
"Mimpi apa? Cerita dong!!" Bunga dan Rara menyaut gitu aja.
Akhirnya aku cerita deh tentang mimpiku tadi malem yang tentang Zaki itu. Aku pikir, mereka akan tertawa. Tapi mereka malah mensupportku!
"Kamu harus tetep berusaha buat dapetin cinta Zaki, Rel! Jangan sampai putus asa." Kata Rara menyemangatiku.
"Iya Rel. Jangan sampe kamu berhenti dan putus asa." Sambung Bunga.
Aku berfikir. Mereka bener juga. Aku harus terus berusaha dapetin Zaki!
"Kalian emang sahabat terbaik aku. Makasih ya.." kataku sambil memeluk mereka berdua.
Theng, theng! Bel tanda masuk berbunyi. Kulihat, Zaki dan Chaca sudah kembali. Zaki sempat melambaikan tangannya kepada Chaca.
Sepanjang pelajaran, aku terus - terusan melamun, memikirkan kedekatan Zaki dengan Chaca. Cemburu niy! Saking dalemnya melamunku, aku nggak mendengarkan pelajaran dari Bu Rina, guru Fisika yang terkenal sangat galak itu.
"Aurel!!!"
Suara Bu Rina yang menggelegar itu sukses membuatku kaget. Alhasil, aku langsung dihukum berdiri di depan kelas. Sialnya diriku..
Sepulang sekolah, aku langsung merebahkan diri di atas kasur. Capek banget hari ini. Kulihat Kak Reza masuk sambil membawa segelas es sirup jeruk kesukaanku.
"Duh, adikku ini capek ya? Nah, ini Kak Reza bawakan es sirup jeruk kesukaanmu. Biar seger. Diminum ya!" kata Kak Reza sambil menyodorkan gelas itu kepadaku.
"Wah makasih Kak!" Aku langsung meminum segelas sirup itu sampai tetes terakhir. "Wuah, seger banget!"
"Mau lagi, Dek?"
"Enggak deh kak. Nanti kembung."
"Yaudah kalau gitu. Kakak keluar dulu ya, ada tugas kuliah. Kamu istirahat aja. Habis itu kamu mau nggak kakak ajak ke toko buku?"
"Wah, mau! Kakak tau aja nih apa mauku."
"Iya dong. Hehehehe.. Yaudah, selamat istirahat adikku sayang!" Kak Reza lalu pergi ke luar dari kamarku. Sesuai saran Kak Reza, aku langsung istirahat dan akhirnya tertidur.
Saat aku terbangun, aku langsung mandi dan ganti baju. Asyik banget, Kak Reza mengajakku jalan - jalan ke toko buku.
Aku berjalan menghampiri kakakku yang sudah rapi. Segera aku dan kakakku naik motor menuju toko buku terbesar dan terlengkap di kotaku.
Saat aku mencari buku yang aku inginkan tiba - tiba aku mendengar suara yang sangat aku kenal. Akupun menyelidiki asal suara itu. Betapa kagetnya aku karena suara itu adalah suara Zaki yang.. ah, sama Chaca lagi. Huh, sebel! Aku melihat mereka tertawa - tawa dengan, yah, mesra bagiku.
"Hei Dek. Kamu kenapa ngamatin orang kayak gitu?" kata Kak Reza mengagetkanku.
"Ah kakak. Enggak kok. Oh iya, aku udah capek nih. Pulang yuk!" kataku. Padahal sebenarnya alasan aku pingin pulang itu karena aku udah nggak kuat melihat Zaki dan Chaca berduaan. Huh..
* * *
"Rel, gawat! Gawat banget Rel!" kata Bunga sepulang sekolah.
"Apaan sih? Kamu kok kayak habis dimarahin Bu Rina aja, sampe pucat gitu." Kataku asal - asalan.
"Aku sama Rara tadi liat Zaki sama Chaca di kebun sekolah. Mereka pegangan tangan!"
Aku langsung berlari menuju kebun sekolah, diikuti oleh Bunga. Di sana Rara sedang bersembunyi memata - matai Zaki dan Chaca.
"Dari tadi mereka saling memandang terus Rel!" ujar Rara.
Aku meihat Zaki dan Chaca dari balik persembunyianku. Ya, mereka saling memandang. Ada apa sih sebenernya?
Bermenit - menit menunggu, akhirnya Zaki membuka suara.
"Cha, setelah sekian lama ini aku berteman denganmu, bersama - sama terus sama kamu, dan melewatkan hari bersama, aku merasakan hal yang selama ini belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku.." Zaki memotong kalimatnya.
Chaca terlihat sedang tersipu malu.
"Aku sayang sama kamu, Cha. Kamu mau kan jadi cewekku?" lanjut Zaki yang disambut oleh anggukan dari Chaca. Dan merekapun berpelukan.
Aku melihat hal itu dalam diam. Entah kenapa rasanya ada segumpal lahar yang bersarang di hatiku. Rasanya sakit dan panas sekali. Tak terasa air mataku jatuh. Dan harapan untuk mendapatkan Zaki hilang begitu saja. Aku langsung berlari menjauh dari Bunga dan Rara, dan pemandangan yang sangat menyakitkan itu.
Aku berlari, berlari, dan berlari. Tanpa ku sadari, dari arah yang berlawanan ada sebuah sepeda motor berkecepatan tinggi melaju. Tabrakan-pun tidak dapat dihindari. Aku terserempet sepeda motor itu, dan terjatuh di trotoar. Kurasakan kepalaku terbentur dan berdarah. Setelah itu semuanya menjadi gelap, dan sunyi..
* * *
Hm.. bau obat. Di mana ini? Aku membuka mata secara perlahan - lahan. Kulihat sekelilingku yang bernuansa putih. Aku juga melihat Bunga dan Rara yang sedang duduk di kursi yang tak jauh dari tempatku. Mereka menangis.
"Bunga.. Rara.." panggilku pelan.
Bunga dan Rara kaget. Bunga langsung menghampiriku sedangkan Rara keluar untuk memanggil dokter.
"Rel, kamu udah sadar?" kata Bunga yang masih berlinangan air mata.
Aku tersenyum. Aku melihat sekelilingku lagi. Mana Kak Reza?
"Kamu nyariin kakakmu ya? Kak Reza lagi di luar, lagi bicara sama dokter. Mungkin sebentar lagi dia ke sini." Jawab Bunga yang seperti mengetahui isi hatiku.
Sedetik setelah Bunga ngomong kayak gitu, Kak Reza datang. Nggak biasanya aku melihat muka Kak Reza sepucat ini.
"Dek, kamu udah sadar? Nggak usah banyak gerak dulu ya. Setelah ini dokter akan memeriksamu." Kata Kak Reza.
Aku mengangguk. Kak Reza benar - benar baik..
Tampak seorang dokter beserta beberapa suster masuk ke kamarku. Mereka menyuruh Kak Reza dan Bunga untuk keluar. Setelah itu dokter dan para suster itu memulai untuk memeriksaku. Sektar 15 menit, mereka selesai dan keluar untuk memberitahu keadaanku ke Kak Reza. Bunga dan Rara masuk ke kamarku.
Aku sempat mendengarkan percakapan antara Kak Reza dengan dokter yang memeriksaku tadi.
"Apakah saya bisa bertemu dengan orang tua kandungnya?" tanya dokter itu
"Ayahnya sekarang sedang bekerja di Papua. Sedangkan ibunya sudah meninggal." Jawab Kak Reza.
Kenapa Kak Reza berbicara seperti itu? Bukannya, orangtuaku dan Kak Reza dua - duanya sedang bekerja di luar negeri? Aku berusaha mendengarkan percakapan mereka lagi.
"Kalu begitu anda kan kakak kandungnya. Jadi masih ada keluarga."
"Nggak, dok. Saya bukan kakak kandungnya. Kakak kandungnya sedang ikut ayahnya ke Papua"
Jawaban Kak Reza itu membuatku semakin bertanya - tanya. Kenapa Kak Reza berbicara seperti itu? Apa yang terjadi sebenernya? Apa maksud semua itu?
Kak Reza masuk ke kamarku beberapa menit setelah berbicara lebih lanjut dengan dokter itu. Aku hanya memalingkan mukaku kepadanya.
"Dek, udah merasa baikan?" tanya Kak Reza lembut.
Aku hanya terdiam dan tetap dengan muka yang berlawanan arah dari Kak Reza.
"Kamu kenapa Dek? Kok kelihatannya marah gitu? Bicara dong sama Kak Reza."
"Kenapa Kak Reza bilang aku bukan adik kandung kakak?" akhirnya aku membuka suara dan melihat Kak Reza.
Kak Reza terlihat berfikir sebentar. Sejenak ia juga menarik nafas kemudian menghembuskannya pelan.
"Sebenarnya ada yang ingin kakak ceritakan ke kamu. Tapi mungkin semua itu berat bagimu. Akan kakak ceritakan setelah kamu keluar dari rumah sakit nanti. Sekarang kamu istirahat lagi ya." Kata Kak Reza.
Aku menurut dan kemudian aku memejamkan mataku. Sebenarnya ada cerita apa sih yang keliatannya sangat penting?
* * *
Akhirnya hari ini aku keluar dari rumah sakit. Lega banget rasanya. Bunga dan Rara juga meminjamkan catatan pelajaran mereka selama aku tidak masuk. Dan yang membuatku tidak sabar, nanti Kak Reza akan menceritakan semuanya kepadaku.
Aku masuk ke kamarku dan duduk menunggu Kak Reza. Setelah sekitar 10 menit menunggu akhirnya Kak Reza datang membawa sebuah kotak cokelat. Kemudian ia duduk di sampingku.
"Apa ceritanya, Kak?" tanyaku tidak sabaran.
"Kakak bingung harus mulai dari mana, Dek. Ceritanya panjang."
"Ayo dong, Kak. Ceritain!"
Setelah desakanku itu akhirnya Kak Reza memulai bercerita. Ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Seperti yang dia lakukan di rumah sakit dulu.
"Dulu saat kamu masih di dalam kandungan ibu kandungmu, ibumu sakit - sakitan. Sedangkan ayah kandung dan kakak kandungmu masih bekerja di Papua sebagai kuli di salah satu hutan di sana. Saat ibumu melahirkan kamu, kondisinya sangat parah. Tapi beliau senang karena kamu lahir dengan baik dan sehat." Kak Reza berhenti sejenak.
"Ibumu kemudian berkata kepada ibu kakak, bahwa ibu kakak harus terus menjagamu. Kakak juga disuruh untuk menjadi kakak pengganti untukmu. Sebelum akhirnya, ibu kamu meninggal." Lanjut Kak Reza.
Aku mendengarkan cerita Kak Reza dalam diam. Yang aku rasakan sekarang seperti ada petir yang menyambar hatiku.
"Karena orangtua kakak harus dipindahkan tempat bekerjanya, mereka menitipkanmu kepada kakak. Karena saat itu kakak masih berumur 5 tahun, tante kakak membantu kakak dalam menjagamu. Setelah kamu berumur 4 tahun dan kakak berumur 9 tahun, tante meninggalkan kita berdua karena ada suatu permasalahan." Kata Kak Reza lagi.
"Siapa orangtuaku sebenarnya, Kak?" tanyaku.
Kak Reza mengambil sebuah foto dari kotak cokelat yang dibawanya tadi. Aku melihatnya. Tampak kedua orangtua Kak Reza sedang bersama sepasang suami istri yang tak kukenal. Apakah mereka orangtuaku?
"Sepasang suami istri yang bersama orangtua kakak itu adalah orangtuamu. Ibumu itu adalah teman masa kecil ibuku." Kata Kak Reza.
Aku menundukkan kepala. Tak terasa air mataku mengalir. Kak Reza langsung memeluk untuk menenangkanku.
Kenapa semua ini berat banget buat aku terima? Kak Reza, bukanlah kakakku yang sesungguhnya.. Dan ibuku sudah meninggal. Sedangkan ayah dan kakakku yang sesungguhnya sedang berada jauh dariku. Ya Allah, apakah semua ini hanya mimpi?
* * *
"HAPPY BIRTHDAY!!!!!" Seru semua teman - teman sekelasku. Bunga datang sambil membawa tepung dan langsung menaburkan tepung itu ke badanku. Sedangkan Rara mencolekkan krim kue tart ke mukaku.
Ya, benar sekali. Hari ini aku ulang tahun yang ke-17. Hm.. rasanya senang dan terharu karena ternyata teman - teman sekelas menyayangiku. Aku memberikan potongan tart pertama kepada Bunga dan Rara, bukan kepada Zaki yang saat itu juga datang ke kelasku. Nggak tahu kenapa, sekarang aku telah menganggap Zaki sebagai teman biasa.
Aku, yang penuh dengan tepung dan colekan krim kue tart, berjalan pulang sekolah bersama Bunga dan Rara. Di luar sekolah sudah menunggu pangeran hatiku yang baru. Dia adalah seorang cowok cakep, tinggi, baik, dan pinter bernama Reza. Seperti mimpi, Kak Reza yang dulunya aku yakini sebagai kakakku, sekarang telah menjadi cowokku..
Saat aku pulang ke rumah, aku begitu terkejut. Karena di rumah sudah menunggu orang yang sangat ingin aku temui. Yaitu keluarga kandungku. Ayah dan kakak kandungku sudah pulang! Wah, senangnya..
Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah. Semuanya berjalan begitu indah..
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bagi yang nama ataupun kisahnya sama / nyerempet2 dg cerita ni, maaf yap..
Elly Fitriana proudly present..
"Kakakku Cowokku"
Di suatu taman tiba - tiba aku didatengin ma cowok pujaanku, Zaki. Dia datang di hadapanku kemudian memegang tanganku. Dia mulai berbisik sesuatu kepadaku.
"Aku sayang kamu, Rel.."
Waa!! Zaki berkata seperti itu kepadaku! Kemudian Zaki langsung mendekatkan wajahnya ke wajahku. Semakin dekat, dekat, dekat..
KRIIING!!! GEDUBRAK!
"Aw!" seruku.
Aku membuka mata dan melihat sekelilingku. Lho, kok kamarku sih? Mana taman tadi? Mana Zaki? Oh, ya ampun.. ternyata aku hanya mimpi. Jam weker Doraemon hadiah dari kakakku dan jatuhnya aku dari tempat tidurku itu membuatku bangun dari mimpi menyenangkan itu. Astaghfirullah..
"Aurel, sarapan!" panggil sebuah suara yang berasal dari luar kamarku. Suara itu adalah milik kakakku yang menyuruhku segera serapan.
"Iya kak!"
Setelah menunaikan sholat Subuh aku langsung keluar kamar.
Di luar sudah menunggu seorang cowok cakep, dia adalah kakakku. Namanya Reza. Ia adalah seorang mahasiswa jurusan psikologi. Bagiku Kak Reza adalah kakak terbaik di dunia. Udah cakep, tinggi, baik, pinter lagi! Dan Kak Reza sering banget aku jadiin tempat curhat. Aku sayang banget ama Kak Reza.
"Dek, sarapan dulu gih. Ntar telat loh ke sekolahnya." Kata Kak Reza.
"Oke kak!" sahutku.
Setelah sarapan aku mandi dan bersiap - siap untuk berangkat sekolah. Setelah pamit dengan kakakku, aku langsung berjalan keluar rumah.
"Hati - hati ya, Dek!" pesan Kak Reza.
Di jalan, aku memikirkan mimpiku tadi. Ah.. benar - benar mimpi yang indah. Coba aku bisa mengulang mimpi itu lagi..
Namaku Aurel. Umurku 16th dan 1 bulan lagi sweet seventeen. Aku sekolah di SMA7 kelas XI A IPA. Aku anak yang cukup pintar di sekolah. Pernah menyabet gelar sebagai juara 2 terpintar dari semua SMA di kotaku loh! Kata teman - temenku sih aku anaknya tuh asyik tapi aneh. Aku hanya tinggal berdua dengan kakakku. Karena sejak 15 tahun yang lalu orangtua kami sudah bekerja di luar negeri.
"Pagi semua!!!" sapaku kepada kedua sahabat baikku, Bunga dan Rara, di kelas. Mereka langsung kaget karena suaraku yang memang agak cempreng ini.
"Pagi, Aurel. Pagi - pagi jangan ngagetin orang dong! Kalo jantung kami copot, kamu mau tanggung jawab?" kata Rara.
"Iya! Iya!" kata Bunga sambil mengangguk.
"Ah kalian.. Kalu jantung copot ya disambung lagi dong! Pake selotip kek, lem kek.."
"Aurel! Mulai deh!" sahut mereka berdua bersamaan.
"Ehehehe.. Bercanda.." kataku sambil nyengir.
"Eh, eh, Rel. Zaki tuh!" kata Bunga sambil menunjuk ke luar kelas.
Aku langsung menghadapkan mukaku ke pintu kelasku. Tampak sang pangeran hatiku sedang masuk ke kelasku. Ada apa ya? Kan dia anak kelas XI D IPS, kenapa bisa nyasar ke sini? Apa ia mau menemui aku ya? Zaki berjalan ke arah bangkuku sambil tersenyum, akupun juga tersenyum kepadanya. Saat aku hendak menyapanya tiba - tiba..
"Hai, Chaca! Ke kantin yuk!" sapa Zaki kepada cewek cantik yang duduk di belakangku.
Yah.. ternyata dia mencari Chaca. Huh, wajar kalo Zaki yang cakep dan juga sebagai kapten basket di sekolahku itu deket sama Chaca yang seorang model dan cewek terpopuler bin tercantik di sekolahku itu. Mana mungkin Zaki suka ama cewek aneh dan kutu buku kayak aku gini?
"Kok bengong Rel?"
Kata - kata Rara itu langsung menyadarkanku dari kebengongan yang berlangsung selama kurang lebih 10 detik itu.
Aku memandangi kepergian Zaki bersama Chaca yang sambil bergandengan tangan itu.
"Andai mimpiku tadi jadi kenyataan.." sahutku tanpa sengaja.
"Mimpi apa? Cerita dong!!" Bunga dan Rara menyaut gitu aja.
Akhirnya aku cerita deh tentang mimpiku tadi malem yang tentang Zaki itu. Aku pikir, mereka akan tertawa. Tapi mereka malah mensupportku!
"Kamu harus tetep berusaha buat dapetin cinta Zaki, Rel! Jangan sampai putus asa." Kata Rara menyemangatiku.
"Iya Rel. Jangan sampe kamu berhenti dan putus asa." Sambung Bunga.
Aku berfikir. Mereka bener juga. Aku harus terus berusaha dapetin Zaki!
"Kalian emang sahabat terbaik aku. Makasih ya.." kataku sambil memeluk mereka berdua.
Theng, theng! Bel tanda masuk berbunyi. Kulihat, Zaki dan Chaca sudah kembali. Zaki sempat melambaikan tangannya kepada Chaca.
Sepanjang pelajaran, aku terus - terusan melamun, memikirkan kedekatan Zaki dengan Chaca. Cemburu niy! Saking dalemnya melamunku, aku nggak mendengarkan pelajaran dari Bu Rina, guru Fisika yang terkenal sangat galak itu.
"Aurel!!!"
Suara Bu Rina yang menggelegar itu sukses membuatku kaget. Alhasil, aku langsung dihukum berdiri di depan kelas. Sialnya diriku..
Sepulang sekolah, aku langsung merebahkan diri di atas kasur. Capek banget hari ini. Kulihat Kak Reza masuk sambil membawa segelas es sirup jeruk kesukaanku.
"Duh, adikku ini capek ya? Nah, ini Kak Reza bawakan es sirup jeruk kesukaanmu. Biar seger. Diminum ya!" kata Kak Reza sambil menyodorkan gelas itu kepadaku.
"Wah makasih Kak!" Aku langsung meminum segelas sirup itu sampai tetes terakhir. "Wuah, seger banget!"
"Mau lagi, Dek?"
"Enggak deh kak. Nanti kembung."
"Yaudah kalau gitu. Kakak keluar dulu ya, ada tugas kuliah. Kamu istirahat aja. Habis itu kamu mau nggak kakak ajak ke toko buku?"
"Wah, mau! Kakak tau aja nih apa mauku."
"Iya dong. Hehehehe.. Yaudah, selamat istirahat adikku sayang!" Kak Reza lalu pergi ke luar dari kamarku. Sesuai saran Kak Reza, aku langsung istirahat dan akhirnya tertidur.
Saat aku terbangun, aku langsung mandi dan ganti baju. Asyik banget, Kak Reza mengajakku jalan - jalan ke toko buku.
Aku berjalan menghampiri kakakku yang sudah rapi. Segera aku dan kakakku naik motor menuju toko buku terbesar dan terlengkap di kotaku.
Saat aku mencari buku yang aku inginkan tiba - tiba aku mendengar suara yang sangat aku kenal. Akupun menyelidiki asal suara itu. Betapa kagetnya aku karena suara itu adalah suara Zaki yang.. ah, sama Chaca lagi. Huh, sebel! Aku melihat mereka tertawa - tawa dengan, yah, mesra bagiku.
"Hei Dek. Kamu kenapa ngamatin orang kayak gitu?" kata Kak Reza mengagetkanku.
"Ah kakak. Enggak kok. Oh iya, aku udah capek nih. Pulang yuk!" kataku. Padahal sebenarnya alasan aku pingin pulang itu karena aku udah nggak kuat melihat Zaki dan Chaca berduaan. Huh..
* * *
"Rel, gawat! Gawat banget Rel!" kata Bunga sepulang sekolah.
"Apaan sih? Kamu kok kayak habis dimarahin Bu Rina aja, sampe pucat gitu." Kataku asal - asalan.
"Aku sama Rara tadi liat Zaki sama Chaca di kebun sekolah. Mereka pegangan tangan!"
Aku langsung berlari menuju kebun sekolah, diikuti oleh Bunga. Di sana Rara sedang bersembunyi memata - matai Zaki dan Chaca.
"Dari tadi mereka saling memandang terus Rel!" ujar Rara.
Aku meihat Zaki dan Chaca dari balik persembunyianku. Ya, mereka saling memandang. Ada apa sih sebenernya?
Bermenit - menit menunggu, akhirnya Zaki membuka suara.
"Cha, setelah sekian lama ini aku berteman denganmu, bersama - sama terus sama kamu, dan melewatkan hari bersama, aku merasakan hal yang selama ini belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku.." Zaki memotong kalimatnya.
Chaca terlihat sedang tersipu malu.
"Aku sayang sama kamu, Cha. Kamu mau kan jadi cewekku?" lanjut Zaki yang disambut oleh anggukan dari Chaca. Dan merekapun berpelukan.
Aku melihat hal itu dalam diam. Entah kenapa rasanya ada segumpal lahar yang bersarang di hatiku. Rasanya sakit dan panas sekali. Tak terasa air mataku jatuh. Dan harapan untuk mendapatkan Zaki hilang begitu saja. Aku langsung berlari menjauh dari Bunga dan Rara, dan pemandangan yang sangat menyakitkan itu.
Aku berlari, berlari, dan berlari. Tanpa ku sadari, dari arah yang berlawanan ada sebuah sepeda motor berkecepatan tinggi melaju. Tabrakan-pun tidak dapat dihindari. Aku terserempet sepeda motor itu, dan terjatuh di trotoar. Kurasakan kepalaku terbentur dan berdarah. Setelah itu semuanya menjadi gelap, dan sunyi..
* * *
Hm.. bau obat. Di mana ini? Aku membuka mata secara perlahan - lahan. Kulihat sekelilingku yang bernuansa putih. Aku juga melihat Bunga dan Rara yang sedang duduk di kursi yang tak jauh dari tempatku. Mereka menangis.
"Bunga.. Rara.." panggilku pelan.
Bunga dan Rara kaget. Bunga langsung menghampiriku sedangkan Rara keluar untuk memanggil dokter.
"Rel, kamu udah sadar?" kata Bunga yang masih berlinangan air mata.
Aku tersenyum. Aku melihat sekelilingku lagi. Mana Kak Reza?
"Kamu nyariin kakakmu ya? Kak Reza lagi di luar, lagi bicara sama dokter. Mungkin sebentar lagi dia ke sini." Jawab Bunga yang seperti mengetahui isi hatiku.
Sedetik setelah Bunga ngomong kayak gitu, Kak Reza datang. Nggak biasanya aku melihat muka Kak Reza sepucat ini.
"Dek, kamu udah sadar? Nggak usah banyak gerak dulu ya. Setelah ini dokter akan memeriksamu." Kata Kak Reza.
Aku mengangguk. Kak Reza benar - benar baik..
Tampak seorang dokter beserta beberapa suster masuk ke kamarku. Mereka menyuruh Kak Reza dan Bunga untuk keluar. Setelah itu dokter dan para suster itu memulai untuk memeriksaku. Sektar 15 menit, mereka selesai dan keluar untuk memberitahu keadaanku ke Kak Reza. Bunga dan Rara masuk ke kamarku.
Aku sempat mendengarkan percakapan antara Kak Reza dengan dokter yang memeriksaku tadi.
"Apakah saya bisa bertemu dengan orang tua kandungnya?" tanya dokter itu
"Ayahnya sekarang sedang bekerja di Papua. Sedangkan ibunya sudah meninggal." Jawab Kak Reza.
Kenapa Kak Reza berbicara seperti itu? Bukannya, orangtuaku dan Kak Reza dua - duanya sedang bekerja di luar negeri? Aku berusaha mendengarkan percakapan mereka lagi.
"Kalu begitu anda kan kakak kandungnya. Jadi masih ada keluarga."
"Nggak, dok. Saya bukan kakak kandungnya. Kakak kandungnya sedang ikut ayahnya ke Papua"
Jawaban Kak Reza itu membuatku semakin bertanya - tanya. Kenapa Kak Reza berbicara seperti itu? Apa yang terjadi sebenernya? Apa maksud semua itu?
Kak Reza masuk ke kamarku beberapa menit setelah berbicara lebih lanjut dengan dokter itu. Aku hanya memalingkan mukaku kepadanya.
"Dek, udah merasa baikan?" tanya Kak Reza lembut.
Aku hanya terdiam dan tetap dengan muka yang berlawanan arah dari Kak Reza.
"Kamu kenapa Dek? Kok kelihatannya marah gitu? Bicara dong sama Kak Reza."
"Kenapa Kak Reza bilang aku bukan adik kandung kakak?" akhirnya aku membuka suara dan melihat Kak Reza.
Kak Reza terlihat berfikir sebentar. Sejenak ia juga menarik nafas kemudian menghembuskannya pelan.
"Sebenarnya ada yang ingin kakak ceritakan ke kamu. Tapi mungkin semua itu berat bagimu. Akan kakak ceritakan setelah kamu keluar dari rumah sakit nanti. Sekarang kamu istirahat lagi ya." Kata Kak Reza.
Aku menurut dan kemudian aku memejamkan mataku. Sebenarnya ada cerita apa sih yang keliatannya sangat penting?
* * *
Akhirnya hari ini aku keluar dari rumah sakit. Lega banget rasanya. Bunga dan Rara juga meminjamkan catatan pelajaran mereka selama aku tidak masuk. Dan yang membuatku tidak sabar, nanti Kak Reza akan menceritakan semuanya kepadaku.
Aku masuk ke kamarku dan duduk menunggu Kak Reza. Setelah sekitar 10 menit menunggu akhirnya Kak Reza datang membawa sebuah kotak cokelat. Kemudian ia duduk di sampingku.
"Apa ceritanya, Kak?" tanyaku tidak sabaran.
"Kakak bingung harus mulai dari mana, Dek. Ceritanya panjang."
"Ayo dong, Kak. Ceritain!"
Setelah desakanku itu akhirnya Kak Reza memulai bercerita. Ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Seperti yang dia lakukan di rumah sakit dulu.
"Dulu saat kamu masih di dalam kandungan ibu kandungmu, ibumu sakit - sakitan. Sedangkan ayah kandung dan kakak kandungmu masih bekerja di Papua sebagai kuli di salah satu hutan di sana. Saat ibumu melahirkan kamu, kondisinya sangat parah. Tapi beliau senang karena kamu lahir dengan baik dan sehat." Kak Reza berhenti sejenak.
"Ibumu kemudian berkata kepada ibu kakak, bahwa ibu kakak harus terus menjagamu. Kakak juga disuruh untuk menjadi kakak pengganti untukmu. Sebelum akhirnya, ibu kamu meninggal." Lanjut Kak Reza.
Aku mendengarkan cerita Kak Reza dalam diam. Yang aku rasakan sekarang seperti ada petir yang menyambar hatiku.
"Karena orangtua kakak harus dipindahkan tempat bekerjanya, mereka menitipkanmu kepada kakak. Karena saat itu kakak masih berumur 5 tahun, tante kakak membantu kakak dalam menjagamu. Setelah kamu berumur 4 tahun dan kakak berumur 9 tahun, tante meninggalkan kita berdua karena ada suatu permasalahan." Kata Kak Reza lagi.
"Siapa orangtuaku sebenarnya, Kak?" tanyaku.
Kak Reza mengambil sebuah foto dari kotak cokelat yang dibawanya tadi. Aku melihatnya. Tampak kedua orangtua Kak Reza sedang bersama sepasang suami istri yang tak kukenal. Apakah mereka orangtuaku?
"Sepasang suami istri yang bersama orangtua kakak itu adalah orangtuamu. Ibumu itu adalah teman masa kecil ibuku." Kata Kak Reza.
Aku menundukkan kepala. Tak terasa air mataku mengalir. Kak Reza langsung memeluk untuk menenangkanku.
Kenapa semua ini berat banget buat aku terima? Kak Reza, bukanlah kakakku yang sesungguhnya.. Dan ibuku sudah meninggal. Sedangkan ayah dan kakakku yang sesungguhnya sedang berada jauh dariku. Ya Allah, apakah semua ini hanya mimpi?
* * *
"HAPPY BIRTHDAY!!!!!" Seru semua teman - teman sekelasku. Bunga datang sambil membawa tepung dan langsung menaburkan tepung itu ke badanku. Sedangkan Rara mencolekkan krim kue tart ke mukaku.
Ya, benar sekali. Hari ini aku ulang tahun yang ke-17. Hm.. rasanya senang dan terharu karena ternyata teman - teman sekelas menyayangiku. Aku memberikan potongan tart pertama kepada Bunga dan Rara, bukan kepada Zaki yang saat itu juga datang ke kelasku. Nggak tahu kenapa, sekarang aku telah menganggap Zaki sebagai teman biasa.
Aku, yang penuh dengan tepung dan colekan krim kue tart, berjalan pulang sekolah bersama Bunga dan Rara. Di luar sekolah sudah menunggu pangeran hatiku yang baru. Dia adalah seorang cowok cakep, tinggi, baik, dan pinter bernama Reza. Seperti mimpi, Kak Reza yang dulunya aku yakini sebagai kakakku, sekarang telah menjadi cowokku..
Saat aku pulang ke rumah, aku begitu terkejut. Karena di rumah sudah menunggu orang yang sangat ingin aku temui. Yaitu keluarga kandungku. Ayah dan kakak kandungku sudah pulang! Wah, senangnya..
Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah. Semuanya berjalan begitu indah..
Cerita ini hanya fiktif belaka. Bagi yang nama ataupun kisahnya sama / nyerempet2 dg cerita ni, maaf yap..
Komentar